HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTEK
KERJA LAPANGAN
DI
KEKALIK BARAT KELURAHAN
KEKALIK
JAYA KECAMATAN SEKARBELA
Disusun Oleh:
NURWAHDANIAH
NPM : 010.02.0517
Telah Disetujui Pada Tanggal Maret 2013
Kepala
lingkungan Pembimbing
Pendidikan
( SABRI ABAND ) ( HJ. SITI NURHAYATI, SST )
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Individu
Praktek Kerja Lapangan di Lingkungan Kekalek Barat, kelurahan kekalik jaya Kecamatan
Sekarbela Wilayah pada waktunya.
Penulisaan laporan ini
dalam rangka menerapkan praktek klinik asuhan kebidanan komunitas yang
merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses
pendidikan. Dalam penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penyusun ingi nmengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
- Bapak
Drs. H. Sutiman AA selaku Ketua Stikes Mataram.
- Bapak
dr.Komang Tresna, Sp.O.G. ketua Prodi Stikes Mataram
- Hj.
Siti Nurhayati.SST, selaku pembimbing individu yang banyak memberikan
masukan untuk kesempurnaan laporan ini.
- Bapak
Sabri Aband, selaku kepala lingkungan Kekalik Barat
- Seluruh
Dosen Sekolah Tinggi Kesehatan Mataram yang turut membimbing.
- Serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Penyusun menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun
mengucapkan terimakasih semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun khususny
aserta pembaca pada umumnya. Dan semoga kebaikan semua pihak yang telah
membantu penyusunan laporan ini mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah
SWT.
Mataram, 6 Maret 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu kegiatan mahasiswa yang harus dilaksanakan
dimana merupakan suatu bentuk kerja nyata dalam memberikan Pelayanan Asuhan
Kebidanan Komunitas.
Bidan
memandang pasiennya sebagai makhluk sosial yang memiliki budaya tertentu dan
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, sosial budaya dan lingkungan
sekitarnya. Unsur-unsur yang tercakup dalam kebidanan komunitas adalah
bidan, pelayanan kebidanan, lingkungan, pengetahuan serta teknologi.
Pelayanan Komunitas yaitu dituntut untuk
mengabdikan diri kepada masyarakat dibina sepanjang proses pendidikan melalui
berbagai bentuk pengalaman belajar yang dilaksanakan dan dikembangkan
dimasyarakat. Oleh karena itu, sasaran
pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok masyarakat
(komuniti). Individu yang dilayani adalah bagian dari keluarga atau komunitas.
Pelayanan ini mencakup upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan,
penyembuhan serta pemulihan kesehatan.
Praktek Kerja lapangan ini merupakan aplikasi
dari teori yang kami dapatkan dikampus terutama dibidang Kebidanan Komunitas,
sehingga nantinya dapat menghasilkan tenaga Bidan yang terampil, berkompeten
sesuai dengan tugas, peran dan tanggung jawab sebagai Bidan.
Dengan
diadakannya program keluarga binaan yang di lakukan oleh Mahasiswa (STIKES)
Mataram diharapkan keluarga tersebut dapat memahami tentang pentingnya
kesehatan dan jika di temui ada masalah kesehatan dapat segera di tanggulangi
walaupun hanya di laksanakan dengan penyuluhan sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan bangsa menuju Indonesia sehat.
B.
Tujuan
1.
Tujuan
umum
Mahasiswa Sekolah Tinggi
Kesehatan (STIKES) Mataram Jurusan kebidanan mampu membantu masyarakat dalam
mengupayakan hidup sehat dan mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2.
Tujuan Khusus
a. Dapat mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga yang ditemukan
b. Dapat merencanakan kebutuhan sesuai dengan masalah
c. Dapat memberikan Asuhan Kebidanan Komunitas pada keluarga
yang dibina
d. Dapat mengevaluasi Asuhan Kebidanan Komunitas
yang diberikan.
C.
Manfaat
1.
Bagi
pendidikan
a. Untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman
institusi dalam melaksanakan kegiatan asuhan kebidanan komunitas
b. Mengetahui
kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu pendidikan yang di peroleh oleh
mahasiswa di bangku kuliah
c. Mengetahui
adanya kesenjangan masalah yang terjadi antara teori dengan praktek sebagai
asuhan analisa dalam asuhan kebidanan komunitas
2.
Bagi
penulis
Untuk
lebih memahami dalam mengembangkan bidang ilmu pengetahuan asuhan kebidanan
komunitas dalam konteks kesehatan ibu ada anak.
3.
Bagi
masyarakat
Untuk msyarakat kekalik
barat dapat mengetahui dan memahami program yang di berikan dan dapat
melaksanakan program yang telah di berikan yang bertujuan untuk membentuk dan
mewujudkan masyarakat yang sehat
terutama untuk ibu dan anak.
D.
Waktu
dan Tempat
Waktu PKL Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesehatan
(STIKES) Mataram Jurusan Kebidanan dari tangga 11 Februari 2013 s/d 11 Maret 2013. Adapun lokasi PKL Mahasiswa
Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Mataram Jurusan Kebidanan yaitu Kekalik Barat
Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota Mataram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
BALITA
1. Pengertian Balita
a. Balita adalah anak
yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).
b. Balita adalah istilah umum bagian anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah
(3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air
dan makan. Menurut Sutomo dan Anggraeni.
DY, (2010)
c. Balita
merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah
ini cukup populer dalam program kesehatan.
1. Balita
merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan
Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan.
2. Balita
merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian
keoptimalan fungsinya.
d. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan di
masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak
di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa
yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
2. Karakteristik
Balita
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2007). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif,
artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Lajut pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan
yang relatif besar.
3. Tumbuh
Kembang Balita
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya senantiasa melalui tigapola
yang sama, yakni:
a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah
(sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga keujung kaki, anak-anka berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.
b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh kearah luar. Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
c. Setelah dua pola
di atas dikuasai, barulah anak belajar mengek splorasi keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlaridan lain-lain.
Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks
ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel,
serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Hal
ini ditandai oleh:
a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.
b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
c. Muncul dan bertambahnya gigi dangen raham.
d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
e. Bertambahnya
organ-organ tubuh lainnya,
seperti rambut, kuku, dan sebagainya.
Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya pada diri balita berlangsung
proses peningkatan dan pematangan (maturasi) kemampuan personal dan kemampuan sosial.
a. Kemampuan
personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-alat pengindraan dan sistem
organ tubuh lain yang dimilikinya.
Kemampuan fungsi pengindraan meliputi
;
1. Penglihatan,
misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan lain-lain.
2. Pendengaran,
misalnya reaksimen dengarkan bunyi, menyimak pembicaraan dan lain-lain.
3. Penciuman,
misalnya mencium dan membause suatu.
4. Peraba,
misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba benda, dan lain-lain.
5. Pengecap,
misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa
makanandanminuman.
Pada system tubuh lainnya di antaranya
meliputi :
1. Tangan,
misalnyamenggenggam, mengangkat, melempar, mencoret-coret,menulisdan lain-lain.
2. Kaki,
misalnyamenendang, berdiri, berjalan, berlaridan lain-lain.
3. Gigi,
misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.
4. Mulut,
misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi dan lain-lain.
5. Emosi,
misalnyamenangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia, percayadiri, empati, rasa
ibadan lain-lain.
6. Kognisi,
misalnya mengenal objek, mengingat, memahami, mengerti, membandingkan dan lain-lain.
7. Kreativitas,
misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat,
merangkai, menciptakan objek dan lain-lain.
b. Kemampuan
sosial.
Kemampuansosial
(sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan
personal yang makin meningkat. Dari satu
lalu dihadapkan dengan beragam aspek lingkungan sekitar,
yang membuatnya secarasa dari berinterkasi dengan lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang telah berusia satu tahun dan mampu berjalan, dia akan senang jika diajak bermain dengan anak-anak lainnya, meskipun ia belum pandai dalam berbicara, ia akan merasa senang berkumpul dengan anak-anaktersebut.
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif.
Mereka sudah dapat memilih makanan
yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku.
Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan
“tidak” terhadap setiap ajakan.
Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan,
akibat dari aktivitas
yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan
relative lebih banyak mengalami gangguan
status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki
(BPS,2006).
B. Gizi
Pada Balita
1. Pengertian
Gizi
Gizi adalah makanan dan zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh yang berhubungan dengan kesehatan.
2. Makanan bayi usia 0-4 bln
Pertumbuhan dan perkembangan bayi masih berlangsung
sampai dewasa.Makanan yang paling sesuai untuk bayi adalah Air Susu Ibu, karena
ASI memang diperuntukkan bayi-bayi yang khasiatnya sebagai makanan pokok untuk
bayi.
Keunggulan ASI disbanding dengan susu sapi adalah:
1. ASI
mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan konsentrasi
yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
2. ASI
mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi, dimana laktosa ini dalam usus akan
mengalami peragihan hingga membentuk asam laktat yang bermanfaat dalam usus
bayi, yaitu :
-
Menghambat pertumbuhan bakteri yang
pathologis
-
Merangsang pertumbuhan mikroorganik yang
dapat menghasilkan berbagai asam organic dan mensintesa beberapa jenis vitamin
dana usus
-
Memudahkan peyerapan protein susu
-
Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral.
3. ASI
mengandung berbagai zat penolak yang dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi.
4. ASI
lebih aman dari Kontaminasi karena diberikan langsung.
5. Resiko
alergi pada bayi kecil sekali.
6. ASI
dapat sebagai perantara untuk menjalin hubungan kasih saying antara ibu dan
bayi.
7. Suhu
ASI sesuai dengan suhu tubuh bayi.
8. ASI
membantu pertumbuhan gigi lebih baik.
9. ASI
ekonomis, praktis tersedia setiap waktu.
3. Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
Dalam memenuhi kebutuhan gizi usia 1-5 thn
hendaknya digunakan kebutuhan prinsip sebagai berikut:
1. Bahan
makanan sumber kalori harus dipenuhi baik
berasal dari makanan pokok, minyak dan zat lemak serta gula.
2. Berikan
sumber protein nabati dan hewani.
3. Jangan
memaksa anak makan makanan yang tidak disenangi, berikan makanan lain yang
diterima anak.
4. Berilah
makanan selingan (makanan ringan) misalnya, biscuit dan semacamnya, diberikan
antara waktu makan pagi, siang dan malam.
Makanan anak usia 1 tahun belum banyak berbeda dengan
makanan waktu usia kurang dari 1 thn, sebagaimana dijelaskan bahwa anak disapih
lebih baik pada umur 2 tahun sehimngga pada umum diatas 1 thn ASI masih
diberikan pada anak.
Pada umumnya makanan masih berbentuk lemak baik nasi,
sayur dan lauk pauk seperti daging hendaknya dimasak sedemikian rupa sehingga
anak mudah mengunyahnya dan mudah dicerna, anak mulai diajak makan bersama-sama
keluarga yaitu makan pagi, siang dan malam.
4. Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan
sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan
bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1.
Zat tenaga
Zat
gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan
protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber
tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2.
Zat Pembangun
Protein
sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau
rusak.
3.
Zat pengatur
a.
Zat pengatur
berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan
seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
b.
Vitamin, baik yang
larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak (
vitamin A, D, E, dan K ).
c.
Berbagai mineral,
seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour
d.
Air, sebagai alat
pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
5. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan
gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan
pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a.
Kebutuhan Energi
Kebutuhan
energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin
menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b.
Kebutuhan zat
pembangun
Secara
fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif
lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang
usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c.
Kebutuhan zat
pengatur
Kebutuhan air
bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
6. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab
terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai
penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak
usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka
peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong
terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a.
Ketidaktahuan akan
hubungan makanan dan kesehatan. Dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan
cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian,
kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan
kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup).
Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan
tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan
anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi
Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi
anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan
misalnya kebosanan.
b.
Prasangka buruk
terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi
tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat
adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan
makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti
genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan
protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan
harkat keluarga.
c.
Adanya kebiasaan atau
pantangan yang merugikan.
Berbagai
kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering
kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan
telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya
dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri
sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan
tubuhnya.
Kadang-kadang
kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat
cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis
makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang
terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti
ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
d.
Kesukaan yang
berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e.
Jarak kelahiran yang
terlalu rapat.
Banyak
hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan
gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir,
sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak
yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik
perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa
2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak
akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat
dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang belum
dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang
kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian
pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke
jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera
diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu
dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f.
Sosial Ekonomi
Keterbatasan
penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat
disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang
disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g.
Penyakit infeksi
Infeksi
dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini
juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit
umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan
atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr.
Harsono, 2005).
7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a.
Kekurangan Energi dan
Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan
protein.
1.
Makanan yang tersedia
kurang mengandung energy
2.
Nafsu makan anak
terganggu sehingga tidak mau makan
3.
Gangguan dalam
saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
4.
Kebutuhan yang
meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan
yang memadai.
Kekurangan
energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita
terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering
yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding
dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya
sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi
kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak
sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut
derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk.
1.
Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
2.
Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
3.
Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
b.
Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
1.
Anak yang setiap
menangis sejak bayi diberi susu botol.
2.
Bayi yang terlalu
dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3.
Anak dari ibu yang
terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4.
Anak yang selalu
mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan
orangtua.
5.
Anak yang malas untuk
beraktivitas fisik.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a.
Faktor penyakit
organis
b.
Faktor gangguan
psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena
hal-hal sebagai berikut:
1.
Air Susu Ibu yang
diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
2.
Anak terlalu dipaksa
untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi
tertekan
3.
Makanan yang
disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan
4.
Susu formula yang
diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai
dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
5.
Suasana makan tidak
menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
C. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.PHBS di Rumah Tangga
dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu :
1.
Persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan
2.
Memberi ASI ekslusif
3.
Menimbang balita
setiap bulan
4.
Menggunakan air
bersih
5.
Mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun
6.
Menggunakan jamban
sehat
7.
Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8.
Makan buah dan sayur
setiap hari
9.
Melakukan aktivitas
fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
BAB
III
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA BALITA
Ny “ M“
DENGAN TUMBUH KEMBANG NORMAL DI LINGKUNGAN
KEKALIK BARAT KELURAHAN KEKALIK
JAYA
KECAMATAN SEKARBELA
MATARAM
TANGGAL
4 - 6 MARET 2013
KUNJUNGAN PERTAMA
Hari
/ Tanggal : Senin, 4 Maret 2013
Waktu : 16.00 WITA
Tempat : Rumah KK Binaan
A.
DATA
SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama Balita :
Nabila Izzatul Adha
Umur :
1 Tahun 3 Bulan
Anak ke :
III
( Tiga)
Tanggal Lahir : 18 November 2011
Jenis kelamin :
Perempuan
2. IDENTITAS KELUARGA
No
|
Nama
|
Hub KK
|
Umur
|
Sex
|
Pnddkn
|
Pekerjaan
|
Kead.skrng
|
Ket
|
|
Utama
|
Tambahan
|
||||||||
1.
|
Abdul Wahab
|
Suami
|
43
tahun
|
♂
|
STM
|
Wiraswasta
|
-
|
Sehat
|
Hidup
|
2.
|
BQ. Masnun
|
Istri
|
40
tahun
|
♀
|
SMA
|
wiraswasta
|
Dagang
|
Sehat
|
Hidup
|
3.
|
Fikri Hidayat
|
Anak
|
18
tahun
|
♂
|
SMA
|
-
|
-
|
Sehat
|
Hidup
|
4
|
Zawwi Rafik
|
Anak
|
11
tahun
|
♂
|
SD
|
-
|
-
|
Sehat
|
Hidup
|
5
|
Nabila Izzatul Adha
|
Anak
|
15
bulan
|
♀
|
-
|
-
|
-
|
sehat
|
Hidup
|
3. Jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan
a. Jarak rumah dengan Posyandu : ± 200 m ditempuh dengan sepeda motor.
b. Jarak rumah dengan Puskesmas : ± 1 km ditempuh dengan sepeda motor
4. Riwayat
Kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
1) Ibu
mengatakan hamil pertama
dengan usia kehamilan 9 bulan / aterm dan tidak pernah keguguran
2) Ibu
mengatakan ANC lebih dari 4x di PKM dan sudah mendapatkan imunisasi TT 2x (
lengkap ).
3) Ibu
mengatakan tidak pernah menderita paenyakit selama kehamilannya
4) Obat
yang pernah ibu konsumsi selama hamil yaitu obat yang diberikan oleh bidan seperti
: Fe, B6, Vit C, dan Kalk
b. Natal
Bayi
lahir normal pada tanggal ditolong oleh bidan di polindes BB : 3800 gram, PB : 52 cm, LILA : 10 cm,
LIKA : 32 cm, jenis kelamin Perempuan
5. Riwayat
Psikososial ( pada saat lahir )
a. Kontak
Dini : Ibu dan ayah sering melakukannya
b. Pemberia
ASI : Langsung
diberikan
c. Menyentuh : Ya
d. Kontak
mata : Ya
e.
Respon Orang tua
Ibu, ayah beserta keluarga
merasa bahagia dengan kelahiran bayinya
f.
Kebiasaan hidup ( saat pengkajian, tanggal 4
Maret 2013)
1) Pola
tidur : Siang 5 jam dan malam 9 jam
2) Pola
kebersihan : mandi 2x / hari
3) Pola
eliminasi : BAB 1 kali sehari, BAK 5 kali sehari
4) Pola
Nutrisi : ASI : 0-6 bulan, MP ASI : < 6 bulan ( berupa biscuit, bubur 3x /
hari.
6.
Pencapaian√ imunisasi
Uraian
|
Anak yang ke
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
|
Umur
|
|
|
1 tahun 3 bulan
|
|
|
Sex
|
|
|
perempuan
|
|
|
Berat
lahir
|
|
|
3800
|
|
|
BB
sekarang
|
|
|
13 kg
|
|
|
Umur
kehamilan lahir
|
|
|
9 bulan
|
|
|
Imunisasi
1.
BCG
2. HB1
3.
HB II
4.
HB III
5.
DPT I
6.
DPT II
7.
DPT III
8.
Polio I
9.
Polio II
10.
Polio III
11.
Campak
|
|
|
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
|
Tempat
imunisasi
|
|
|
Puskesmas
|
|
|
7. Gizi Keluarga
Pola makan serta jenis makanan yang dikonsumsi
Jenis makanan
|
3 x sehari
|
1 x sehari
|
2-3 x sehari
|
1 x seminggu
|
1 x sebulan
|
Tidak ada
|
Makanan
pokok
· Nasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
· Mie
|
|
|
|
|
|
|
· Umbi
|
|
|
|
|
|
|
· Lain-lain
|
|
|
|
|
|
|
Lauk
hewani
· Ikan
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
· Telur
|
|
|
Ö
|
|
|
|
· Daging
|
|
|
|
Ö
|
|
|
Lauk
nabati
|
|
|
|
|
|
|
· Tahu
|
|
|
Ö
|
|
|
|
· Tempe
|
|
|
Ö
|
|
|
|
· Kacang2an
|
|
|
|
|
|
|
Sayuran
|
Ö
|
|
|
|
|
|
Buah
|
|
|
|
Ö
|
|
|
Susu
|
Ö
|
|
|
|
|
|
8.
Personal Hygiene
a.
Mandi :
2 kali sehari
b.
Sikat gigi :
2 kali sehari
c.
Ganti pakaian : 2 kali sehari
d.
Cuci tangan :
sering
e.
Tidur / istirahat : siang ± 2 jam, malam ± 7 jam
B.
DATA
OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a.
Keadaan Umum :
Baik
b.
Berat Badan :
13 kg
c.
Panjang Badan :
76 cm
d.
Lingkar Lengan : 16 cm
e.
Lingkar Kepala : 46 cm
2. Pemeriksaan
fisik
a.
Kepala dan Telinga
Kepala bersih, tidak ada
luka, daun telinga sejajar dengan mata
b.
Mata
Konjungtiva tidak pucat,
sclera tidak ikterus
c.
Hidung dan mulut
Bayi bernafas melewati mulut
dan hidung, mulut bersih dan gigi sudah ada yang tumbuh
d.
Leher
pembengkakan ( - ),
pergerakan baik
e.
Dada
Bentuknya normal seperti
tong, respirasi normal, tidak ada retraksi waktu bernafas, laju nafas 40 kali /
menit, laju jantung 135 kali/ menit
f.
Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, jumlah jari
lengkap.
g.
Punggung dan anus
Tidak ada kelainan, lubag
anus (+)
h.
Kulit
Tidak sianosis, tidak
terdapat tada lahir serta tidak ada kelainan.
3. KPSP
(Kuesioner Praskrining)
a. Gerakan
Motorik Kasar
1) Berdiri
tanpa berpegangan tangan
2) Anak
dapat berjalan sendiri dan berdiri sendiri
b. Gerakan
Motorik Halus
1) Memegang
ibu jari dan jari-jari yang lain
2) Mampu
mengambil 2 kubus kecil
c.
Komunikasi Aktif
1) Anak
mampu mengoceh
2) Anak
dapat memanggil sebutan “PAPA”
3) Anak
dapat mengeluarkan beberapa kata
d. Menolong
Diri Sendiri
1) Dapat
makan sendiri
2) Dapat
minum sendiri dengan menggunakan satu tangan atau dua tangan
e. Tingkah
Laku Sosial
1) Daag daag dengan tangan
2) Menyatakan keinginan
3) Tepuk tangan
2.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
3. Kesehatan
lingkungan :
Kebersihan lingkungan keluarga
a. Atapnya : Terbuat
dari sseng
b. Dindingnya : Permanen
c. Lantainya : Keramik
d. Keadaan
penerangan rumah : Cukup
e. Keadaan
ventilasi rumah : Baik
f. Saluran
limbah : Ada, lancar
g. Kandang ternak :
Tidak Ada
h. Pembuangan
sampah : Di tampung
i. Buang
air besar :
Di WC tertutup
j.
Sumber air minum : PDAM
C.
ANALISA
1. Diagnosa
Balita
umur 15 Bulan dengan tumbuh kembang normal
Dasar
:
- Bayi lahir tanggal 18 November 2011
- Umur bayi 1 tahun 3 bulan
- BB : 3800 gram, PB : 52
cm, LILA : 10 cm, LIKA : 32 cm.
a. Riwayat
perinatal : Umur kehamialn 9
bulan / aterm
b. Hasil
KPSP (Kuesioner Praskrining)
Tidak terdapat keterlambatan baik dari Gerakan
Motorik Kasar , Gerakan Motorik Halus, Komunikasi Aktif, Menolong Diri Sendiri,
Tingkah Laku Sosial. Dengan kata lain pertumbuhan dan perkembangan balita
normal.
2. Masalah : tidak ada
3. Kebutuhan : Tidak ada
4. Diagnosa
Potensial : Tidak ada
5. Tindakan
segera : Tidak ada
D.
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan
pada ibu bahwa hasil pemeriksaan yaitu :
a.
BB :
13 kg
b. PB : 76 cm
c. LILA
: 16 cm
d. LIKA
: 46 cm
2. Menjelaskan
pada ibu tentang keadaan balitanya,
yaitu : berat badan, panjang badan, LILA, LIKA yaitu normal sesuai dengan masa
usianya pada saat ini.
3. Memberitahukan pada ibu bahwa akan dilakukan kunjungan
kedua pada esok hari.
EVALUASI
1. Hasil
dari tes menunjukkan bahwa bayi tersebut tidak mengalami keterlambatan.
2. Ibu
mengerti tentang penjelasan hasil DDST dan ibu akan mengikuti anjuran untuk memberikan
stimulasi pada balitanya dirumah.
3. Ibu mengetahui dan setuju akan dilakukan kunjungan kedua
pada esok hari.
KUNJUNGAN
KEDUA
Hari
/ Tanggal : Selasa, 5 Maret 2013
Waktu : 16.00 WITA
Tempat : Rumah KK Binaan
A.
SUBYEKTIF
1. Ibu
mengatakan ingin mengetahui nutrisi buat anaknya yang sesuai dengan usia
pertumbuhan dan perkembangan balitanya.
B.
OBYEKTIF
1. K/u
balita baik, kesadaran komposmenis,keadaan emosi stabil
2. BB :
13 kg, PB : 76 cm, LIKA : 46 cm, LILA : 16
cm.
C.
ANALISA
Balita
umur 15 Bulan dengan tumbuh kembang normal
D.
PLANING
1. Memberikan
penyuluhan pada ibu tentang Gizi
balita dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya pada saat ini (satpel
terlampir )
2. Memberitahukan
pada ibu waktu yang tepat untuk istirahat balitanya.
3. Menjelaskan
pada ibu bagaimana cara untuk personal hygiene yang sesuai dengan balita pada
saat masa pertumbuhan dan perkembangannya
4. Menganjurkan
ibu untuk memantau perkembangan anaknya di rumah dengan mengamati perkembangan
kemampuan balitanya
5. Menganjurkan
ibu agar selalu merangsang perkembangan balitanya sesuai pertambahan usia
balitanya
6. Menganjurkan
ibu untuk terus memantau tumbuh kembang balitanya dangan rutin membawa
balitanya ke posyandu / pusat pelayanan kesehatan terdekat setiap bulan
7. Memberitahukan
kepada ibu bahwa akan di lakukan kunjungan ketiga pada esok hari.
KUNJUNGAN KETIGA
Hari
/ Tanggal : Rabu, 6 Maret 2013
Waktu :
16.00 Wita
Tempat :
Rumah KK Binaan
A.
SUBYEKTIF
1. Ibu
mengatakan sudah mulai melakukan apa yang sudah dianjurkan kepadanya hari
kemarin
2. Ibu
mengatakan masih agak kesulitan untuk mmembujuk
anaknya agar mau makan-makanan yang bergizi untuk masa pertumbuhan dan
perkembangan balitanya tersebut.
B.
OBYEKTIF
1. K/u
balita baik, kesadaran composmentis,keadaan emosi stabil
2. BB :
13 kg, PB : 76 cm, LIKA : 46 cm, LILA :
16 cm.
C.
ANALISA
Balita
umur 15 bulan dengan tunbuh kembang normal.
D.
PENATALAKSANAAN
1. Memantau
kembali apakah ibu sudah mengerti apa yang sudah dijelaskan dan mau melakukan
apa yang telah dianjurkan
2. Memotifasi
kembali agar ibu tetap melakukan apa yang telah dijelaskan / dianjurkan
3. Mengingatkan
pada ibu agar tetap memantau pola makan anaknya agar kebutuhan nutrisinya tidak
berkurang dalam pertumbuhan dan perkembangannya pada saat ini.
4. Mengingatkan
ibu agar tetap memantau dan mengamati pertumbuhan dan perkembangan balitanya
dirumah serta selalu merangsang perkembangannya sesuai dengan pertumbuhan usia balitanya dengan
5. Ibu mengerti tentang penjelasan yang sudah diberikan dan
bersedia melakukan apa yang sudah dianjurkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari
uraian Asuhan Kebidanan Komunitas yang di berikan pada balita Ny “M” di
lingkungan Kekalik Barat Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota Mataram pada tanggal 4-6 Maret
2013 di temukan bahwa :
a.
Data yang telah di dapatkan dari riwayat
kehamilan dan kelahiran yang lalu dengan usia kehamilannya 9 bulan dan Berat
Badan Bayi pada saat itu yaitu 3800 gr dan Panjang Badan 52 dan hal ini
merupakan hal yang normal. Secara teori Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500
gram sampai 4000 gram. Dep. Kes. RI, (2005)
b.
Dari hasil pemeriksaan pada balita dengan
usia 15 bulan tersebut di temukan bahwa K/U balita tersebut baik, kesadaran
composmentis, pemeriksaan antropometri
dengan hasil yaitu BB : 13 Kg, PB : 76 cm, LILA : 16 cm, LIKA : 46 cm dan hasil
dari KPSP (Kuesioner Praskrining) pun menunjukkan hasil yang baik dengan
pertumbuhan dan perkembangannya baik dan normal dengan usianya pada saat ini.
Dengan umur balita tersebut terdapat perubahan yang terjadi dalam
pertumbuhannya hal ini ditandai oleh:
1)
Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.
2)
Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
3)
Muncul dan bertambahnya gigi
4)
Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
c.
Dari data yang di kaji pada balita Ny “M” di
dapatkan masalah yaitu kurangnya pemahaman tentang pemenuhan Gizi dengan masa
pertumbuhan dan perkembangan Balita pada usia balita saat ini. Oleh karena itu,
pada KK binaan yang di lakukan Pengkaji memberikan semacam penyuluhan yang
sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masalah yang di hadapi oleh ibu terhadap
balitanya tersebut.
d.
Asuhan Kebidanan yang telah di berikan pada
balita Ny “M” tersebut ibu bersedia memeriksa dan memantau pemenuhan nutrisi beserta
dengan pertumbuhan dan perkembangan balita pada saat ini.
Dari
hasil pengkajian yang di lakukan pada awal kunjungan sampai akhir kunjungan
telah di berikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan teori yang berdasarkan
dengan kebutuhan dan prioritas masalah yang di hadapi oleh ibu dari balita
tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada Bab III di atas dapat diambil sebuah kesimpulan,
yang merupakan rangkuman dari keseluruhan kegiatan Asuhan Kebidanan Komunitas
pada Keluarga Ny “M“
dalam Praktek Kerja lapangan Mahasiswa Jurusan D-IV Kebidanan Sekolah Tinggi
Kesehatan (STIKES) Mataram di Lingkungan Kekali Barat, Kecamatan Sekarbela,
Kota Mataram pada Tangaal 11 Februari- 11 Maret 2013 adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa
telah mengidentifikasi masalah yang
di temukan pada balita Ny “M”
2. Mahasiswa
telah mampu
merencanakan kebutuhan sesuai dengan masalah yang di hadapi oleh balita tersebut
3. Mahasiswa
telah memberikan Asuhan Kebidanan Komunitas pada keluarga
yang dibina sesuai dengan kebutuhan yang di butuhkan
4. Dari
hasil evaluasi mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan
B.
Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan guna keberhasilan
tersusunnya laporan dan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan kedepannya adalah
sebagai berikut :
a) Bagi Pendidikan
Di
sarankan untuk lebih terus meningkatkan didikan dan bimbingannya sehingga ilmu
yang diberikan dapat diterapkan oleh mahasiswa di
lapangan.
b) Bagi mahasiswa
Disarankan untuk
lebih aktif belajar dan berlatih guna menambah pengetahuan dan keterampilan
mengenai Praktek kerja Lapangan untuk mengaplikasikan teori yang telah di
dapatkan di kampus sehingga dapat memberikan asuhan secara maksimal pada
Kebidanan Komunitas.
c) Bagi
KK Binaan
Kepada keluarga yang
dibina, agar apa yang telah diberikan baik dalam bentuk pelayanan maupun
penyuluhan supaya dapat diterapkan untuk masa -masa yang akan datang sehingga keluarga akan lebih
mandiri dan bertanggung jawab terhadap kesehatan diri dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen kesehatan RI.2008.Manajemen Terpadu Balita Sakit.
2. Departemen Kesehatan RI.2009.Buku Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta:
Departemen Kesehatan dan JICA
3. Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika
4. Soetjiningsih.
2001. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta :
EGC
5. Tomkins dan Watson. 2010. Malnutrition and Infection. United Nation. Switzerland.
6. http://www.dinkes-dki.co.id/gizi.html, aksestgl 2 februari 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar